Minggu, 04 April 2010

susno gayus diantara bos mafioso

Susno & Gayus di Antara Bos Mafioso
Djoko Suud Sukahar - detikNews

Jakarta - Susno Duadji dan Gayus Tambunan bikin heboh. Yang satu bilang petinggi polisi jadi makelar kasus. Sedang Gayus mengaku hanya sebagai pengikut 'jamaah makelar' pajak. Sebagai pengikut saja mampu membeli apartemen dan mobil mewah plus tabungan Rp 25 Miliar, tidak terbayangkan seberapa besar kekayaan 'mbahnya makelar'. Dua-duanya janji akan membeberkan sepak terjang 'bos mafioso'. Akankah itu dibuktikan Susno dan Gayus setelah tertangkap di Singapura? Saya ragu!

Jika anda punya perusahaan, hampir pasti akan punya konsultan pajak. Dia bukan karyawan tetap. Dan dia dibayar bukan untuk otak-atik hitungan bea agar rasional dan tetap prosedural.

Konsultan itu tugasnya 'ngakali' kewajiban perusahaan membayar pajak. Melobi pimpinan agar mau cincai-cincai. Dan biasanya berlangsung mulus dengan cara membagi secara adil 'hak negara’ untuk saling dinikmati. Untuk itu konsultan pajak rata-rata adalah aparat pajak.

Entah mekanisme macam itu disebut makelar atau aksi korupsi. Kalau makelar kok uang negara yang dipakai sebagai fee ramai-ramai. Tapi jika dibilang korupsi, kenapa hampir setiap perusahaan melakukan langkah yang sama?

Bagi saya, ini lebih pas disebut sebagai upeti. Sebab 'tradisi preman' itu berjalan di hampir seluruh instansi pemerintahan. Yang bawah 'nyetor' ke atas, undak-berundak. Besar kecil setoran disesuaikan tempat, pangkat, dan jabatan. Mereka memfungsikan tempat kerja sebagai ladang mencari obyekan.

Kebobrokan mentradisi itu sudah berlangsung lama. 'Penertiban' tidak ajeg membuat pejabat korup tiarap sejenak sebelum bangkit kembali. Tidak heran ketika 'penertiban' dimulai lagi dan Susno Duadji nyanyi sumbang, serta Gayus Tambunan terbukti 'makelaran' dan sekarang tertangkap di Singapura, maka seabrek orang besar jantungan. Mereka deg deg plas takut kedoknya terbongkar.

Untuk cari konfirmasi soal ini sebenarnya amat mudah. Dekati ajak berkawan, atau jeli di jalan dan kantor untuk berbagai urusan, maka ujung-ujungnya hampir pasti semua duit. Jika diiming-imingi uang segalanya lancar. Itu yang membuat tiap program berubah 'proyek' bagi-bagi rejeki. Ada laporan keuangan tapi tidak ada barang.

Selama mantan Kabareskrim Mabes Polri ini memimpin 'orchestra', saya beruntung bertemu puluhan orang penting dan istri-istri orang penting. Dari celotehan mereka terungkap fakta yang tidak terberitakan. Ini sketsa riil, betapa 'nyanyian Susno' memacu adrenalin mereka.

Untuk kalangan ibu-ibu, gunjingannya macam-macam. Kalau Susno melontarkan 'kata bersayap' para istri menafsirkan dari berbagai segi. Dan jika 'sayap' itu lebih fokus, vonis pun meluncur deras dan tegas pada pejabat tertentu.

Maka jauh sebelum tuduhan terhadap Susno mencla-mencle, saya sudah yakin Susno tidak bakalan dipidana. Terlalu banyak orang besar yang masuk bui jika itu diteruskan. Dan terlalu banyak petinggi gelap mata bila itu benar-benar terjadi. Sebab ternyata sangat banyak pejabat yang kelihatan jujur tapi tidak jujur, apalagi yang jelas-jelas tidak jujur.

'Uang-uang haram' itu terbanyak diinvestasikan pada tanah dan bangunan di Jakarta maupun luar kota. Apartemen bersubsidi untuk rakyat pun dilahap habis. Semua itu diatas-namakan anak, handai-taulan, tetangga dekat, yang dalam kurun waktu tertentu kembali dibalik-namakan.

Adakah transaksi mereka tidak tercium PPATK? Jangan kaget, mereka tidak menaruh uang di bank. Uang-uang itu dimasukkan brankas. Banyak brankas dibeli untuk menyimpan uang yang kinyis-kinyis seperti habis mencetak sendiri.

Mampukah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap mereka? Bisakah Satgas ‘Mafia Hukum’ bergerak optimal memberangus 'mafia' yang notabene adalah teman, sejawat, serta mitra mereka sendiri? Saya berdoa mudah-mudahan bisa, kendati sangat pesimistis.




sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/04/01/103113/1330056/103/susno-gayus-di-antara-bos-mafioso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar