Jumat, 16 April 2010

TEMBAK REAKSI BUKAN UNTUK ORANG KAGETAN

TEMBAK REAKSI BUKAN UNTUK ORANG KAGETAN


Olahraga yang menggunakan senjata api ini tampak sangar dan macho. Tapi tampang sangar dan macho pelakunya saja tak cukup. Untuk lihai menembak tepat sasaran sambil beraksi, perlu kecepatan, ketepatan, dan kekuatan

Penulis : A. Bimo Wijoseno


Seorang petembak tampak telah siap dengan pistol di tangan dan tiga buah magasen penuh berisi peluru tertancap di holster (semacam ikat pinggang). Lengkap dengan kaca mata hitam untuk mengalau silau dan penutup telinga agar tak pekak karena suara letusan tembakan. Di belakangnya seorang timer atau pencatat waktu lantang berteriak, "Ok, Ready…, shoot!... dar…dar…dar!!!" Bunyi letusan pistol terus bergulir dari sasaran satu ke sasaran berikutnya.

Sang petembak, sambil berlari menuju sasaran lain, dengan sangat cekatan mengganti magasen peluru dan langsung menembak lagi target, dar ... dar…dar! Hingga akhirnya, satu stage diselesaikan, tiga magasen yang masing-masing berisi seratusan peluru habis ditembakkan.

Suasananya seperti sedang ada penyerbuan sungguhan. Seru dan menegangkan. Dalam pertandingan tembak reaksi biasanya digunakan simulasi atau stage seperti pada situasi sesungguhnya. Misalnya mengamankan dokumen atau membebaskan sandera. Meskipun menggunakan senjata api, tembak reaksi ini olahraga sipil. Karena sasaran atau target tidak ada yang berbentuk seperti manusia. Target tembakan berupa bidang berbentuk heksagonal atau segi enam dari besi atau kertas.

Jika salah tembak, luput dari sasaran atau pelurunya nyasar, nilai akan dikurangi. Yang menarik, meskipun berondongan peluru meletus tak henti-hentinya, pistolnya bukan jenis otomatis. Ketika tidak sedang menembak pun, jari telunjuk petembak yang ada di trigger harus selalu berada di luar. "Karena kita selalu menekankan keamanan. Olahraga ini menggunakan senjata api dan peluru tajam, kalau ketahuan melanggar aturan ini nilainya akan dikurangi," jelas Benny GR Sutanandika (51), ketua bidang tembak reaksi Pengda Perbakin DKI Jaya.

Menilik sedikit ke belakang, olahraga tembak reaksi ini, ungkap Benny, mulai diperkenalkan pertama kali di Indonesia tahun 1997 oleh Bambang Trihatmodjo. Dan pada 24 Oktober 1997 kegiatan olahraga tembak reaksi di Indonesia diakui dan tercatat di International Practical Shooting Confederation (IPSC), organisasi internasional olahraga tembak reaksi, saat organisasi ini mengadakan konferensi di Venezuela. Selanjutnya di tahun 2000 olahraga tembak reaksi ini dikukuhkan menjadi bagian dari Persatuan Olahraga Menembak Indonesia (Perbakin).


sumber : http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2007&edisi=532&file=warna0501

Tidak ada komentar:

Posting Komentar