Kamis, 22 April 2010

Menunda Pekerjaan = Menabung Stres

Menunda Pekerjaan = Menabung Stres





Bekerja di bidang periklanan, mengakrabkan Shina (28) dengan kejaran deadline. Untuk mempersiapkan penggarapan sebuah iklan, ia harus lembur hingga dini hari. Tak mengherankan, begitu syuting berakhir, Shina ingin malas-malasan dulu, walaupun sudah ada pekerjaan lain yang menunggu. Alasan Shina mungkin bisa dimengerti: ia ingin ‘tarik napas’ sejenak. Tapi, bagaimana ‘hukum’nya menunda pekerjaan dalam kaitannya dengan profesionalisme?

MELIHAT KEPENTIGANNYA
Di dunia kerja, kesempatan untuk memilih tugas yang ingin dikerjakan rasanya jarang diperoleh. Belum lagi, sejumlah tugas yang sebenarnya kurang berkenan di hati. Namun, apa pun keadaannya, tuntutan untuk menyelesaikannya tak mungkin dihapus.

Sudah umum, jika di dunia bekerja, banyak kendala yang dihadapi. Hambatan kerap datang dari luar maupun dari dalam, yaitu motivasi kerja diri sendiri. Menurut Putri Lanka, dari Experd, tanpa disadari, hambatan yang datang dari diri sendiri sebetulnya lebih sulit diatasi.

Putri menyebutkan, ada 2 jenis pekerjaan yang kerap ditunda, yang dianggap mudah, serta yang teramat sulit. Menunda pekerjaan bukanlah tindakan tepat. Putri justru menganggap tindakan ini sebagai ‘menabung kesulitan’ di kemudian hari.

Diperlukan komitmen dan kemampuan memilah pekerjaan. Tujuannya, agar kita tidak lantas harus selalu bekerja mati-matian di segala kesempatan. Buatlah skala prioritas pekerjaan berdasarkan tingkat urgensinya.

Setelah memiliki daftar prioritas, mulai rancang catatan langkah-langkah efektif yang dapat diambil untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada. Catatan ini dapat juga berfungsi sebagai reminder, agar tidak lupa untuk melakukan detail-detail pekerjaan.

MANAJER WAKTU
Tidak ada pekerjaan yang menjadi lebih baik dengan menundanya. Tetapi memang, ada beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dengan berhati-hati dan membutuhkan waktu.

Di lain pihak, ada juga orang yang lebih produktif jika dikejar-kejar waktu, justru pada saat ini ide mengalir lancar. Alasan ini hanya sebagian kecil dari alasan lainnya untuk menunda pekerjaan. Dengan waktu yang cukup, kita justru dapat mengeluarkan kemampuan kita dengan maksimal.

Menurut Putri, dengan beragamnya cara kerja, bagaimana menyiasati proses penyelesaian merupakan kunci utama menanggulangi pekerjaan. Untuk itu, cobalah kembangan kreativitas lewat bermain dengan waktu. Apabila kita bisa menganggap diri kita sebuah perusahaan, maka saat inilah jadi manajer waktu. Sering kita berencana menyicil pekerjaan, yang tenggatnya masih cukup jauh.

Namun, godaan yang menghampiri juga tak kalah sering menggagalkan niat tersebut. Banyak sekali alasan yang muncul sebagai penghalang. Kita kerap lebih tergoda untuk membayar waktu santai yang terbuang saat lembur. Mengisi waktu luang dengan ngopi bersama teman, atau sekadar memanjakan diri di salon.

Cara mengendalikannya, kenali waktu di mana kita bisa bekerja dengan efektif. Pada saat tersebut, mulai kerjakan pekerjaan dengan urgensi tinggi. Selain itu, kita bisa menjadikan pekerjaan ringan, sebagai pemanasan di pagi hari, atau justru pendinginan di sore hari. Apabila lokasi pertemuan dengan klien tak jauh dari tempat tinggal kita, maka aturlah pertemuan mendekati jam pulang kantor. Jadi, kita bisa langsung pulang. Intinya, kitalah yang mengatur waktu yang kita miliki.




sumber : http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=67&cid=3&views=33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar