Minggu, 23 Mei 2010

Nilai-nilai Islam dalam Pewayangan & Sejarah Wayang (no SARA)

Nilai-nilai Islam dalam Pewayangan & Sejarah Wayang (no SARA)


cerita Mahabarata memang berasal dari India yang notabene adl pemeluk agama Hindu...

tetapi Mahabarata juga sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum Sunan Kalijaga menciptakan pementasan Wayang Kulit untuk pertama kali...
pd waktu itu Sunan Kalijaga memasukkan nilai2 Islam ke dalam cerita mahabarata, seperti...


1. pusaka andalan para Pandawa adl Jamus Kalimasada = Kalimat Sahadat...

2. Penanggalan yg digunakan oleh para Pandawa adl penanggalan hijriah, sedangkan kurawa menggunakan penanggalan India (lunisolar) yg dalam 1 tahun terdapat selisih 11 hari (bisa dibuktikan berdasarkan cerita mahabarata)...

3. dewi Drupadi dalam cerita mahabarata yg asli dr India merupakan istri dari kelima pandawa (yudhistira, bima, arjuna, nakula, sadewa), sedangkan dalam mahabarata versi Indonesia merupakan istri dari Yudhistira karena dalam Islam tidak mengenal Poliandry....

4. dalam Mahabarata asli India dewa tertinggi adalah (Syiwa, Wisnu, dan Brahma)...
sedangkan dalam Mahabarata versi Indo terdapat karakter Dewa Ruci (dikenal dengan nama Sang Hyang Wenang atau Sang Hyang Tunggal) yg merupakan dewa dari para dewa....

5. Yang menjadi ciri khas pengaruh Islam dalam pewayangan adalah diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Semar (Sang Hyang Ismaya) dalam cerita mahabarata versi Indo merupakan kakak dari dewa Syiwa.
Semar dalam versi Indo diceritakan menolak untuk dijadikan raja dari para dewa di kahyangan dan lebih memilih untuk menjadi manusia biasa sebagai batur (pembantu) dari para pandawa.
Disini diceritakan bahwa Semar jauh2 lebih sakti dari dewa Syiwa, setiap dewa Syiwa mau menghukum Pandawa, Semar selalu membela pandawa dan dewa Syiwa benar2 takut apabila disuruh berhadapan dengan Semar (dalam cerita mahabarata versi Indo, dewa Syiwa digambarkan sebagai karakter egois yg selalu pengen menang sendiri)...

6. Pada sekitar abad 15, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.


sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4099081

Tidak ada komentar:

Posting Komentar