Sabtu, 13 Maret 2010

belajar dari kebudayaan bali

Memperingati hari raya Nyepi, saya ingin sedikit berbagi hal yang saya pelajari dari kebudayaan Bali. Hanya sedikit tapi semoga bisa menyegarkan! Pernahkah anda menonton tari kecak? Dalam tarian ini ada hal yang menarik yaitu tatkala penari-penari kecak (yang bersarung kotak-kotak hitam putih) mulai menusukkan keris ke dadanya. Dan ternyata mereka tidak terluka!

Hal semacam ini memang banyak terdapat di Indonesia, tetapi mendengar kisah di balik tarian Bali ini sungguh merupakan suatu hasil filosofi yang mendalam. Dalam tarian ini sebenarnya adalah penggambaran usaha kejahatan yang dilambangkan oleh Rangda untuk menggoda manusia agar berbuat kejahatan. Hal ini diperlihatkan melalui kekuatan supranatural yang menggerakkan penari untuk menikam dirinya sendiri. Tapi kekuatan jahat ini tidak akan menang, karena ada kekuatan baik yang dilambangkan oleh Barong yang melawan Rangda. Kekuatan Barong akan menahan kekuatan tikaman sehingga penari tidak akan terluka oleh tikamannya sendiri.

Sama seperti keadaan di dunia ini yang penuh dengan kejahatan dan kebaikan, begitulah kira-kira penggambaran yang ingin disampaikan. Bagi orang Bali menjaga keharmonisan dan keseimbangan adalah suatu filosofi dasar yang sangat mendasar. Menurut Bapak Anak Agung Gde Agung, konsep Tri Hita Karana adalah prinsip dasar dimana manusia menjadi pusat keseimbangan antara hubungan dirinya dengan Tuhan (parahyangan), dirinya dengan sesama manusia (palemahan), dan antara manusia dengan lingkungannya (pawongan). Tri Hita Karana sendiri bermakna tiga sumber kebahagiaan (tri: tiga, hita: kebahagiaan, karana: sumber) dimana manusia harus menjaga keseimbangan ketiganya untuk mencapai kebahagiaan.

Tari kecak melambangkan keseimbangan yang tercapai karena kekuatan jahat tidak akan pernah mengalahkan kekuatan baik. Mungkin mirip dengan prinsip Yin dan Yang dari Cina yang juga digambarkan dengan keseimbangan antara Yin dan Yang. Keseimbangan antara hal-hal negatif dan hal-hal positif. Menjadi tugas manusia, yang diberi Tuhan akal sehat dan kehendak bebas, untuk mempertahankan keharmonisan dan keseimbangan dunia. Hari Nyepi ini bagi masyarakat Bali merupakan hari bersih diri, mendekatkan diri pada Sang Pencipta agar memperoleh kekuatan untuk terus menjaga keharmonisan dunia. Kejahatan tidak akan pernah punah, tapi kekuatan kebaikan akan terus menjaga agar kejahatan tidak sampai melukai manusia.




sumber : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1784

Tidak ada komentar:

Posting Komentar