Rabu, 02 Juni 2010

Teh yang bermanfaat

Bila dibandingkan dengan jenis minuman lain, teh ternyata lebih banyak manfaatnya. Minuman ini bisa mencegah atau membantu penyembuhan penyakit ringan sejenis influenza hingga yang berat macam kanker. Jenis tehnya juga bisa dipilih menurut selera masing-masing.

Teh meupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Semua kalangan di Indonesia tidak ada yang tak mengenal jenis minuman ini. Bahkan di Parahyangan, Jawa Barat, minuman teh menjadi minuman wajib untuk menjamu tamu. Di tumah makan atau warung Sunda pun setiap tamu selalu disodori minuman teh tawar telebih dahulu sebelum makanan atau minuman yang dipesan disajikan.
Sedangkan di negara lain teh merupakan bagian tak terpisahkan dari kultur budaya mereka. Contohnya di Jepang kita mengenal adanya upacara minum teh. Rangkaian upacara yang diawali dengan pembersihan teko penyajian, memasak air, menuang teh hijau ke dalam teko tadi, menuang air panas ke dalamnya, mengaduknya sampai rata dan berbuih, serta kemudia menyajikannya pada tamu dengan tata cara khas Jepang. Meskipun kelihatannya sepele dan sederhana, namun di dalamnya terdapat getaran ritual yang membuat upacara minum teh ini menjadi suatu seni yang dapat bertahan berabad-abad.

Teh memiliki beberapa jenis ragam. Kita mengenal 4 jenis teh. Yaitu teh putih, hijau, oolong, dan teh hitam. Perbedaan keempatnya terletak pada metoda pemrosesan daun teh setelah dipetik. Tiap jenisnya dijuluki berbeda-beda pula sesuai tempatnya diproduksi.

Di antara jenis-jenis teh tadi, teh hijau memang lebih populer. Setelah selama berabad-abad menjadi minuman pilihan di Asia, kepopuleran teh hijau kini merambah ke negara Barat. Kunci popularitasnya terletak pada aroma alaminya dan manfaatnya bagi kesehatan.

Teh hijau ini dikenal dua macam menurut asalnya, yakni teh hijau Cina dan Jepang. Hampir semua teh yang diminum di Cina adalah teh hijau. Begitu pula dengan di Jepang. Di AS popularitas teh jenis ini meningkat setelah menjadi bagian penelitian ilmiah yang mengaitkannya dengan penurunan risiko terhadap kanker.

Meski tak sepopuler teh hijau, teh oolong juga memiliki penggemar sendiri. Teh oolong terbaik di dunia kebanyakan diproduksi secara eksklusif di Cina, Darjeeling (India), dan Formosa (Taiwan).

Sementara, teh hitam terbaik di dunia dihasilkan di India (Assam, Darjeeling, dan Nilgiri), Sri Lanka (Ceylon), dan Cina. Di negara-negara Barat konsumsi tehnya lebih dari 80% menggunakan teh hitam. Khusus, di AS konsumsi teh jenis ini mencapai lebih dari 90%.

Keempat jenis teh tersebut berbahan mentah sama, yakni tanaman teh Camellia sinensis. Meski di banyak tempat di dunia bisa ditemukan, namun yang terbanyak dibudidayakan di India, Cina, Kenya, dan Sri Lanka.

Ragam proses produksinya

Teh yang benar-benar baik umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar. Untuk menghasilkan 1 pound (0,45 kg) teh berkualitas paling baik, diperlukan lebih dari 80.000 petikan. Produksi teh merupakan proses padat karya dan setiap tahap penting untuk mendapatkan teh berkualitas tinggi.

Untuk menghasilkan teh putih, diperlukan daun teh pilihan yang menuntut penanganan ekstra hati-hati setelah pemetikan. Cuma daun-daun paling muda, yang masih dipenuhi bulu putih pendek atau bulu halus, yang digunakan. Proses produksi teh putih ini terdiri atas dua tahap, yakni penguapan dan pengeringan. Terkadang teh putih juga difermentasi dengan sangat ringan. Tanpa adanya pelayuan, penggilingan dan fermentasi ini membuat penampilannya nyaris tak berubah. Teh yang dihasilkan pun berwarna putih keperakan.

Ketika dihidangkan, teh putih memiliki warna kuning pucat dan aroma yang lembut dan segar. Teh ini merupakan yang paling lembut di antara semua jenis teh.

Untuk memproduksi teh hijau juga tidak bisa dilakukan sembarangan. Yang hendak dicapai dalam memproduksi teh hijau adalah mempertahankan manfaat kesehatannya, kemurnian, dan senyawa aktif daun teh segar sehingga semuanya itu dapat dirasakan ketika teh disajikan.

Setelah dipetik, daun-daun yang masih hijau dilayukan di udara panas. Begitu menjadi layu, daun-daun itu secara tradisional disangrai dengan menggunakan wok (kuali logam untuk masak masakan Tionghoa). Tujuannya, untuk mencegah oksidasi pada daun. Proses berikutnya memberi bentuk pada daun-daun tersebut, yakni terpilin, keriting, atau bundar, sekaligus menambah keawetannya. Proses ini juga membantu pengaturan pengeluaran senyawa alami dan aroma selama penyeduhan. Tahap terakhir, daun-daun itu dikeringkan dengan pengapian sehingga keharuman dan aroma alaminya tetap terjaga. Begitu pula dengan warna hijaunya.

Proses produksi untuk menghasilkan teh oolong lebih rumit lagi. Tapi tidak serumit pembuatan teh hitam. Teh ini diproses dengan menjaga agar daun tehnya tetap utuh. Karenanya dibuat dari daun-daun teh yang lebih besar dan lebih tua.

Segera setelah dipetik, daun dijemur di bawah sinar matahari untuk pelayuan. Tujuannya untuk menurunkan kadar air dan menjadikannya lebih lembut. Daun-daun itu kemudian diletakkan dalam keranjang bambu dan dikocok-kocok dengan cepat untuk merusak pinggiran daun. Pada tahap berikutnya, daun-daun itu ditebar dalam suatu tempat untuk dikeringkan. Proses pengocokan dan penebaran daun-daun tersebut diulang beberapa kali. Tepi daun yang rusak akan berubah merah akibat proses fermentasi sementara bagian tengahnya masih hijau.

Tingkat fermentasinya tergantung pada tipe oolongnya. Variasinya kira-kira dari 20% untuk oolong “hijau”, hingga 60% untuk oolong formosa klasik. Begitu tingkat fermentasi yang diinginkan tercapai, proses itu mesti dihentikan segera. Ini dilakukan dengan pemanasan daun-daun itu dalam panci pada temperatur tinggi.

Sedangkan dalam proses produksi teh hitam, proses fermentasi berlangsung penuh, yang menyebabkan daun-daun teh berubah menjadi hitam dan memberi rasa khas. Setelah pemetikan, daun yang masih hijau ditebar di atas wadah pada rak untuk dilayukan selama 12 – 18 jam. Selama proses pelayuan yang lama itu, daun kehilangan banyak kadar airnya, menjadi lembut dan layu sehingga daun-daun itu mudah digiling.

Selama penggilingan, membran daun hancur, memungkinkan keluarnya sari teh dan minyak esensial yang memunculkan aroma khas. Setelah penggilingan, daun-daun itu dibawa ke sebuah ruangan yang besar, dingin, dan lembab. Di sana daun-daun itu ditaruh dalam semacam baki untuk difermentasi. Selama proses fermentasi, warna daun menjadi lebih gelap dan sarinya menjadi kurang pahit. Sebaliknya, ciri-ciri rasa teh hitam – dari harum sampai berbau seperti buah-buahan atau kacang-kacangan dan pedas – mulai muncul. Proses fermentasi itu dihentikan pada saat di mana aroma dan rasanya sudah maksimal. Ini dilakukan dengan memanaskan daun-daun itu di dalam oven. Sarinya mengering di permukaan daun dan bertahan relatif tetap sampai dilepaskan oleh air panas selama penyeduhan.

Pada tahap akhir, daun-daun dipisah-pisahkan menurut ukuran. Selama proses produksi, banyak daun teh robek atau remuk sehingga teh akhir terdiri atas daun utuh, daun robek, dan partikel-partikel yang lebih kecil.

Untuk menyeduh teh juga tak bisa sembarangan kalau ingin mendapatkan hasil seduhan yang sempurna serta nikmat dan manfaatnya bisa dirasakan. Tata cara penyeduhan itu meliputi lima tahap. Pertama, siapkanlah teko/ceret teh. Kalau tidak ada teko, cukup sediakan wadah yang tak melepaskan bau dan tahan panas. Tuangkan satu sendok kecil daun teh untuk setiap cangkir teh yang akan disajikan.

Untuk menyeduh teh hitam dan oolong, gunakan air matang yang masih dalam keadaan mendidih. Untuk teh putih dan hijau, gunakan air yang baru mulai menguap. Setelah air dituang, tunggu 3 – 5 menit untuk teh hitam, 1 – 3 menit untuk teh hijau, dan 5 – 7 menit untuk teh putih dan oolong. Masa penyeduhan ini bisa diatur menurut selera penikmatnya. Saring daun tehnya dan sajikan. Sruupppp … hmmm ….

Selain keempat jenis teh tadi, belakangan juga muncul teh “bohongan” yang dikenal dengan nama teh herbal. Teh imitasi ini dikemas seperti layaknya teh betulan, diseduh seperti teh, dan diminum seperti teh. Tapi teh ini tak terbuat dari daun teh yang sebenarnya. Teh herbal dibuat dari bebungaan, bebijian, dedaunan, atau akar dari beragam tanaman. Teh jenis ini umumnya diminum untuk keperlukan pelangsingan tubuh.

sumber : http://zoneforthegreen.wordpress.com/2007/09/13/teh-yang-bermanfaat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar